MAHAMERU YANG SELALU MEMBUAT HARU
“ Kang dingin
banget “
( Teriak tari
sambil mengigil hebat ditengah - tengah track pasir mahameru )
“ Deni cepat
naik bantu gw , tari hipo “
( Teriak saya
kepada deni yang masih meniti track pasir mahameru )
Demikian sedikit kejadian yang menimpa
teman kami liani utari sesaat sebelum menggapai atap tertinggi jawa, dan
selebihnya hanya kekhawatiran dan SOP Emergency untuk menyelamatkan nyawa teman
kami.
Untuk yang kesekian
kalinya kami mendaki gunung tertinggi di pulau jawa SEMERU. Perjalanan kali ini
di awali dari kota kembang bandung berdua dengan sahabat kami Thio, karena kami
berdua kehabisan tiket kereta tujuan malang dari Jakarta dan harus terlebih
dahulu mengurus perijinan pendakian di ranupane. Maka terpaksa kami mencari
jalur alternative dari bandung menuju Surabaya lalu dari Surabaya ke malang
yang berjarak kurang lebih 1000 Km.
Tanggal 25 mei malam saya dan thio
janjian ketemuan di bandung, beruntung teman kami agung bersedia menampung kami
berdua malam itu dan tidak jadi tidur di stasiun, karna kereta kami berangkat besok pagi pukul
05:30 dari stasiun kiara condong.
Jam 04:00 alarm berdering, dengan mata
mengantuk bergegas kami mandi….Brrrrrr….Lumayan dingin ternyata mandi pagi –
pagi buta di kota bandung, setelah mandi dan mengechek peralatan yang kami bawa
berpamitan lah kami dengan sahabat kami agung yang masih setangah sadar dan ngigau,
berdua bergegas kami mencari angkot yang menuju stasiun kiara condong.
Jam 05:15 kami sampai di stasiun kiara
condong setelah menemukan tempat duduk dan menyimpan keril bergegaslah kami
mencari sarapan. Tidak berapa lama peluit mulai menjerit, roda kereta mulai
berputar tepat pukul 05:30 kereta api
pasundan jurusan bandung – Surabaya mulai bergerak di atas rel.
Di pojok gerbong disamping kaca jendela
yang sudah kusam dan retak bekas lemparan orang tidak bertanggung jawab berdua
kami melahap nasi bungkus yang entah di masak kapan sambil sesekali menatap
siluet gunung manglayang di sebelah kiri jalur kereta. Jalur selatan yang
berkontur bukit dan pegunungan selalu memanjakan mata siapa saja yang
melewatinya.
Tiga jam kemudian kereta yang saya
tumpangi tiba di stasiun yang sarat sejarah cibatu garut. Cibatu dibangun pada
tahun 1889 merupakan stasiun kecil dan tidak seramai kiara condong maklum di
dukung dari letak geografisnya yang berada di ketinggian 612 meter dari
permukaan laut, stasiun yang masih mempertahankan bangunan bergaya klasik tempo
dulu ini memiliki panorama alam yang sangat indah, disebelah barat tampak
gunung Guntur berdiri dengan gagah, dari kejauhan tampak gunung yang sering
kami daki papandayan dan cikuray.
Disamping panorama alamnya yang
mempesona stasiun cibatu juga menyimpan sejarah, Puluhan tahun yang lalu
tepatnya pada tahun 1927 dan 1935 komedian legendaris inggris CHARLIE CHAPLIN
pernah 2 kali singgah di stasiun ini, mungkin waktu itu CHARLIE CHAPLIN liburan
dan menikmati indahnya alam garut yang terkenal dengan sebutan Switzerland van
java. Pagi yang indah di stasiun cibatu.
( Stasiun Cibatu….CHARLIE CHAPLIN pernah
di sini )
Selepas stasiun cibatu kereta bergerak
menuju kota tasikmalaya, memasuki km 244 ciawi cirahayu kereta berjalan pelan
karena kondisi tanah yang masih labil dan melintas di antara jurang dan tebing.
beberapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 4, bulan 4, pukul 18:46 terjadi
kecelakaan di tempat ini, kereta api Malabar jurusan bandung – malang terjun
bebas ke jurang karena jalurnya longsor. Di stasiun tasikmalaya kereta mulai
sesak, tadi kami leluasa tidur selonjoran dibangku manapun terpaksa balik ke
bangku masing – masing.
Didepan kami duduk ibu asal madiun
dengan putrinya dan barang bawaannya yang berkarung – karung, pupus sudah
harapan kami berdua…!!!
Dari tadi kami berharap dan membayangkan
ada wanita cantik, berkacamata, berbody canggih seperti indah atau riani 5cm membawa
ceril dan duduk dihadapan kami lalu meminta tolong
“ mas bisa bantuin angkat ceril saya “
Sudah pasti kita berdua berebut memberi
bantuan. Hahahahaha……
Tapi sayang bayangan indah perjalanan 14
jam kami ke Surabaya pupus, sekarang yang duduk di hadapan kami ibu tua dengan
putrinya yang masih kecil.
Selepas tasikmalaya pemandangan tidak
banyak yang dilihat hanya hamparan sawah dan sawah, Segelas es teh manis dari
petugas restorasi kereta cukup menyegarkan tenggorokan saat kereta tiba di
stasiun kutoarjo, sering kami naik turun distasiun ini jika mendaki gunung –
gunung di jawa tengah, tidak sampai 5 menit kereta berjalan kembali, bête juga
dari tadi hanya melihat keluar jendela dan mendengarkan musik. Akhirnya kami
berbincang santai dengan ibu yang duduk di depan. kami berbicara banyak tentang
apasaja, barang bawaannya yang berkarung – karung, lesung pipit putrinya,
tentang pecel madiun dan kota indramayu, bahkan soal jodoh dan ayam Bangkok.
Hampir sepanjang jalan kami ngobrol dengan ibu ini sampai beliau turun di
stasiun tujuannya di madium
Sambil membantu menurunkan barang
bawaannya
“ de nanti kalo ke madiun mampir ke
rumah ibu ya, nanti ibu bikinkan pecel “
( sambil bertukar no telpon )
“ kalo main ke rumah ibu, banyak
keponakan ibu yang masih jomblo “ Nah
looh
( Thio langsung semangat )
“ Iya bu nanti kalo kita ke madiun saya
pasti hubungin ibu “ Jawab thio dengan semangat
Sore hari kami sampai di stasiun
mojokerto, sejenak saya keluar dan berjalan sekedar untuk merenggangkan otot
yang kaku “ mojokerto “, di kota ini dulu menjadi pusat kerajaan majapahit dan
di kota ini pula situs purbakala bekas kejayaan majapahit berada, trowulan namanya, suatu saat saya harus
menjelajah trowulan.
Jam 8 malam kami tiba di kota pahlawan
Surabaya, setelah keluar gerbang stasiun gubeng makanan yang kami cari pertama, beruntung tepat di depan stasiun banyak
berjejer yang berjualan makanan. Setelah makan selesai dan sedikit bersantai
tiba – tiba telfon berdering teman kami di Surabaya menghubungi
( Teman )“ denz lo udah nyampe ? “
( Teman ) “ sory denz w ga bisa jemput,
w sekarang harus ke Madura, ada urusan mendadak “
( Teman ) “ lo ke rumah aja, di rumah
ada kaka gw dan dan nyokap “
( Saya )
“ Oke gi, ga papa santai aja “
( Saya ) “ Thio rencana tidur di kasur
empuk sepertinya gagal, teman gw lagi keluar kota “
Waktu masih jam 9 malam, masa jam segini
langsung gelar matras tidur distasiun, setelah bertanya sama abang yang jualan
nasi di mana tempat yang enak untuk nongkrong, 2 tempat yang di
recomendasikannya 1 taman bungkul 2 taman yang dekat dengan stasiun saya lupa
namanya, karena ke taman bungkul cukup jauh dan harus naik taxi akhirnya taman
terdekat yang kita pilih karna bisa di jangkau dengan berjalan kaki dari
stasiun gubeng, sampai tengah malam kita ngobrol dan ngopi – ngopi di taman
yang cukup nyaman dan bersih ini.
“ mas mas bawa ktp tidak? “ Tanya yang
jualan rokok
“ Bawa, kenapa emang mas “ Jawab kami
“ Kalau malam di sini suka ada razia “
“ Oh..ya, ko ada razia mas “
“ Di sini kalo malam suka banyak ABG
yang pacaran “
“ iya mas terimakasih, kami bawa ktp ko
“
Emang betul semakin larut malam semakin
banyak pasangan ABG yang datang, berangkulan, bahkan berciuman tanpa sungkan
mereka lakukan. Tempat yang sedikit remang sudah pasti menjadi favorit para ABG
tersebut.
Itulah tontonan kami berdua. Ini
Surabaya bung…..begitulah potret muda mudi kita.
Sengaja kami duduk berlama-lama sampai
larut menunggu satpol PP merazia para pasangan itu, tapi tidak kunjung datang
juga, sampai akhirnya kami menyerah dengan rasa kantuk.
Cukup 15 menit kami berjalan kaki
kembali ke stasiun gubeng, stasiun besar ini sepi juga ternyata kalau jam 1
malam. Wah di jejeran bangku tunggu ternyata banyak juga yang bernasib seperti
kami, membawa keril dan satu tujuan besok pagi ke malang, setelah berbasa -
basi sebentar akhirnya matras kami gelar dan malam itu kita tidur di ruang
tunggu stasiun gubeng.
Jam 4 pagi kami sudah terbangun oleh
riuhnya para penumpang yang mulai berdatangan dan para sopir taxi, bergegas
kami mandi dan shalat shubuh. Semakin siang semakin banyak saja orang yang
membawa keril seperti kami dan rata – rata tujuannya sama, gunung semeru.
Jam 06:30 kereta kami tiba, bergegas
kami naik……Woooww nyaman sekali berada di kabin kereta api eksekutif, sangat
berbeda dengan kereta ekonomi yang biasa kami naiki, dengan sedikit norak
kamera kami beraksi, buat bukti bahwa kami pernah naik kereta api
eksekutif….hahahaha.
Ternyata bukan kami saja yang norak, di
belakang kami rombongan pendaki dari pulau Bangka jauh lebih norak dari kami
ternyata……hahahaha, ya sudahlah……..
( Sekali – kali naik kereta api
eksekutif..Hahahaha )
Jam Sembilan kita tiba di malang, telat
30 menit dari jadwal, setelah keluar dari stasiun suasana diluar penuh dengan
lalu lalang orang bembawa keril dari ujung barat dan timur Indonesia ada semua,
semenjak film 5cm boming semeru berubah menjadi tempat favorit orang mendaki
gunung, entah itu pendaki sejati yang hanya meninggalkan jejaknya tanpa sampah,
atau pendaki – pendaki alay korban film 5cm dengan peralatan seadanya, sudah
barang tentu mereka turun tidak dengan sampahnya.
Sesampainya di tumpang kami bergegas ke
rumah ibu nur untuk menitipkan ceril kami, dan kembali ke depan mini market
setelah tadi janjian mau naik jeef bareng ke ranupane.
“ Sekarang ke semeru susah mas ”
“ Gw jauh – jauh dari Lombok masa sampe
sini gagal naik ga dapet quota “
“ sama mas, saya dari Palembang, ga
dapet quota juga, ngcamp dulu di ranupane “
“ Saya dah boking mas, pulsa udah abis
berapa duit kali buat nelpon, tapi sampe sini tetep aja ga dapat quota “
“ Gunung mana coba naik di itung
perhari, ga ada, Cuma di sini doang “
“ Team saya 14 orang mas, kaget waktu di
itung jumlah yang harus di bayar, 1,4 juta “
Begitulah mulai dari stasiun, tumpang,
ranupane keluhan para pendaki tentang ribetnya birokrasi perijinan pendakian
gunung semeru. Memang betul saya sendiri harus bilang biaya pendakian sebesar
itu dan di itung perhari ( rata – rata mendaki semeru butuh 4 hari ) terlalu
berat untuk para pendaki dan juga sistem boking quota yang masih kacau.
Pertanyaannya uang sebesar itu lari kemana?
dan pasilitan yang ada di semeru dari dulu tidak pernah berubah…..????
Tanyakan saja pada rumput yang
bergoyang.
Jam 4 sore urusan perijinan untuk teman – teman kami besok akhirnya selesai, syukurlah kami sedikit beruntung karna masih bisa dapat quota untuk naik besok, setelah semuanya selesai bergegas kami menuju jeef yang membawa kami kembali ke tumpang.
Malam itu kita menumpang tidur di
rumahnya ibu nur, cukup lama juga kami berbincang dengan ibu nur, topic
obrolannya jelas membahas kekacauan perijinan, transportasi yang berubah, dan
biaya yang membengkak, seru juga kita diskusi masalah ini dengan ibu nur dan pendaki
lain sampai rasa kantuk datang.
Jam 4 pagi sebelum shubuh saya sudah
terbangun karena waktu itu cukup ramai dengan para pendaki yang baru turun dari
mahameru, bergegas saya ke kamar mandi dengan airnya yang lebih dingin dari
pada air kulkas….Brrrrrrrrrrrr…….Setelah shalat shubuh bergegas saya ke pasar
tumpang berbelanja logistics untuk 4 hari kami mendaki setelah pagi saya dan
thio lalu ke stasiun kota baru malang untuk menjemput teman – teman dari
Jakarta dan Kalimantan yang datang hari ini.
Jam 9 pagi 3 rangkain kereta api
matarmaja, majapahit dan Malabar sudah sampai di kota malang setelah semua team
berkumpul bergegas kami menuju tumpang, tetapi sial 1 km lagi kita sampai di
tujuan terpaksa dan dipaksa kita harus pindah mobil dan bongkar lagi barang
bawaan kita karena surat ijin trayek yang di bawa bapa sopir ternyata palsu dan
ketahuan oleh petugas DLLAJ.
( Pa sopir pusing, surat ijinnya palsu )
Di awal saya sudah cerita ke semeru kali
ini ribet, transportasi salah satunya dulu dari tumpang bisa langsung naik jeef
ke ranupane tapi sekarang setelah ada konflik antara angkot dan jeef para
pendaki di paksa untuk naik angkot dahulu dari tumpang ke gubuk klakah dan dari
gubuk klakah baru naik jeef menuju ranupane,
asli ribet….mana kita harus bongkar pasang keril masing2 yang cukup
berat, masalah kita tidak cukup sampai di situ di tengah perjalanan menuju
ranupane jeef yang kita tumpangi patah as gardan depan…..ada – ada saja
hambatannya, surat ijin palsu, pindah angkot, sekarang gardan jeef kita patah,
dan terpaksa kita harus bongkar pasang kembali keril kita yang berat – berat
itu setalah mobil cadangan datang.
( Sebelum ke ranupane dengan ibu dosen
dari UGM dan pejabat dishub setempat )
( Hahahaha…jeefnya patah as gardan )
Pukul 13:30 wib kita tiba di ranupane
dan meleset 1,5 jam dari jadwal setelah ada beberapa insiden yang terjadi.
Urusan simaksi yang sudah selesai saya urus kemaren ternyata masih harus
berlanjut, ada petugas yang menghampiri saya, setelah beberapa kali mendaki
semeru dan kenal dengan beberapa petugas sepertinya petugas ini baru saya lihat
( Petugas ) “ Mas teamnya suruh ke sini
semua dan bawa kerilnya, nanti setelah briefing bakal ada pemeriksaan “
( dengan muka seolah lupa cara untuk
tersenyum )
( Saya ) “ Pemeriksaan apa mas “
( Petugas ) “ kerilnya di periksa bawa
apa saja “
( Saya ) “ Oh silahkan mas kalau mau diperiksa,
tapi nanti tolong dipacking kembali seperti semula “
( Petugas ) “ Tidak bisa mas, tugas kami
hanya memeriksa, mas silahkan packing sendiri “
( Saya ) “ Saya keberatan mas, kalau keril
kami di bongkar gitu saja tanpa di packing kembali, mas pikir packing itu
gampang “
( Petugas ) “ Kalau mas tidak mau
packing mending tidak usah mendaki “
Jawabnya bikin emosi jiwa
Obrolan semakin memanas setelah 2 orang
petugas temanya datang dan teman – teman pendaki lain ikut nimbrung.
Kejadian seperti ini pernah saya alami
waktu di gunung gede, dan waktu itu petugas bertanggung jawab dan bersedia kembali
mempacking keril – keril yang sudah mereka bongkar dan mereka periksa kami pun
waktu itu bersedia, tapi kali ini jelas kami menolak kalau mereka tidak
bersedia mempacking kembali barang – barang kami, Tapi setelah saya menemui
ketua petugasnya dan ada titik temu dan saya yang akan bertanggung jawab kepada
team yang saya bawa keril kami pun tidak jadi di bongkar dengan jaminan nama
saya.
Setelah semua urusan selesai dan semua
team sudah makan jam 15:30 wib setelah ashar kita jalan ke ranukumbo, 5 menit
dari pos ranupane di depan pintu gerbang pendakian kami di berhentikan oleh
petugas dan memeriksa kelengkapan perijinan kami.
Jalan yang kami lalui relatip landai
hanya ada beberapa jalan yang sedikit menanjak setelah pos 3, kerlip cahaya
dari tenda dan dingin angin lembah menyambut kami begitu tiba di turunan terakhir
sebelum surganya semeru ranukumbolo , keril bergelayut di pundak tatkala kami
jalan tergesa meniti turunan yang curam. Brakkkk…..membanting keril masing –
masing ketika sampai di ujung turunan di pinggir danau ranukumbolo, Perjalanan
4,5 Jam membawa saya kembali ke tempat yang tidak pernah membuat bosan ini.
Selepas jam 10 malam suhu semakin dingin
, sebelum kami mendaki memang sudah di peringatkan oleh petugas di ranupane
bahwa suhu di ranukumbolo beberapa hari terakhir bisa mencapai minus 6 derajat
celcius, suhu yang cukup membuat beku semua cairan yang kami bawa…Tetapi
hangatnya kebersamaan tatkala kita makan dan memasak bareng cukup untuk melawan
rasa dingin angin lembah ranukumbolo… semakin malam suhu semakin dingin saja
dan tenda – tenda di sekitar kami pun sudah hening, malam itu di pinggir danau
ranukumbolo kita semua terlelap didalam slepingbag masing – masing setelah
menempuh perjalanan 4 jam lebih yang cukup melelahkan.
Jam 5 pagi saya sudah terjaga, bergegas
saya melangkah keluar tenda dan memasak air untuk membuat minuman hangat. Di
atas, langit masih di penuhi dengan kerlip ribuan bintang, semilir angin
lembah, nyanyian suara alam masih terdengar, ranukumbolo tempat indah yang
selalu memberi rasa damai. Dari jauh dibalik kabut yang mulai tersingkap di
tengah savana ayek – ayek puncak teringgi jawa terlihat sangat gagah, semeru
gunung yang sakral, gunung yang memukau banyak pendaki, mahameru puncak abadi
para dewa, tanah jawa yang menjulang tinggi dengan pasir abadinya.
Setelah cukup puas memandang mahameru
dari savana ayek – ayek dan selimut malam yang mulai tersingkap saya kembali
menuju tenda ternyata teman – teman sudah bangun semua, poto – poto tentunya
menjadi aktifitas pertama pagi itu.
Pagi itu kita masak banyak, capcay, tumis teri, kentang goreng pedas dan
masih banyak lagi, tapi sayang nasinya sedikit gosong…..hahaha.
( Sarapan pagi di ranukumbolo )
Setelah semuanya makan dan membereskan
sampah, kita melanjutkan perjalanan menuju kalimati tapi uky terpaksa harus
tinggal di ranukumbolo tidak melanjutkan perjalanan ke kalimati karena harus
menemani ara yang sakit.
Tanjakan cinta tempat yang dipercaya
mempunyai mitos, tepat dibawah tanjakan saya lihat banyak pendaki yang berhenti
sebentar memejamkan mata seperti membayangkan sesuatu lalu berjalan dengan
semangat dan meyakinkan. mungkin banyak yang meniru ian 5cm membayangkan happy
salma.
( Sebelum tanjakan cinta )
( Savana ungu oro – oro ombo )
Dibalik keindahan ranukumbolo terhalang
sebuah tanjakan cinta tersimpan keindahan semeru yang lainya, terhampar savana
luas berwarna ungu di bingkai bukit – bukit indah, oro – oro ombo surga semeru
yang lainnya, semeru memang menyimpan sejuta keindahan.
Setelah cemoro kandang mengingatkan saya
dengan bukit penyesalan di rinjani. jalanan mulai menanjak naik turun bukit, di balik bukit
masih ada bukit. Jalan setapak yang kami lalui terlihat seperti datar padahal
sebenarnya terus menajak, 3 bukit yang harus kami lewati sebelum sampai di pos
jambangan. perjalanan menuju kalimati cukup menguras tenaga kami di tambah
dengan terik matahari dan debu yang cukup membuat napas sesak, sekitar jam 2
siang kami tiba di tanah lapang yang di beberapa tempatnya terdapat bunga abadi
edelweiss, pos jambangan. Dari sini puncak mahameru sudah terlihat dengan
jelas.
( Sampai juga di pos jambangan )
Mahameru yang berdiri gagah menyambut
kami ketika sampai di kalimati pos terakhir sebelum ke puncak, setelah
beristirahat sebentar bergegas kami mendirikan tenda. Setelah semua makan dan
mempersiapkan peralatan untuk mendaki ke puncak nanti malam, maximal jam 18:30
semua team kami wajib tidur tanpa terkecuali, di kalimati management waktu harus benar – benar di
perhatikan jangan sampai kita kurang tidur dan beristirahat. mendaki semeru
bukan hanya peralatan pendakian yang harus lengkap, fisik dan mental yang prima
tapi juga perlu kedisiplinan.
Jam 22:00 alarm kami mulai berdering,
itu tandanya harus bangun dan persiapan mendaki ke puncak, begitu membuka tenda
udara dingin sangat menusuk kulit mungkin suhu waktu itu sekirat 5 sampai 0
derajat. Banyak yang kami masak waktu
itu, mulai dari nasi yang lagi – lagi gosong, sarden, telor dadar, kentang
goreng pedas dan lain – lain, gunung yang akan kami daki adalah yang tertinggi
di pulau jawa jadi kami tidak main – main dengan nutrisi yang harus kami makan,
tenaga kami harus prima. Mendaki gunung seperti semeru tidak cukup nutrisi
hanya dari segelas teh hangat dan sedikit biscuit.
Tepat jam 23:00 kita bersiap dan
berkumpul di depan tenda dengan peralatan yang sudah di pakai, masing – masing
terlihat lebih besar dari badan sebenarnya maklum karena balutan baju dan
jacket 5 lapis yang kami pakai, ya memakai baju dan jacket tebal sangat di
sarankan, cuaca di puncak semeru sangat extreme, angin yang berhembus menusuk
kulit, suhu yang bisa drop di bawah nol derajat, mahameru sangat dingin.
“ Teman – teman sebentar lagi kita akan
memulai pendakian yang sebenarnya “
“ Kemarin kita berpapasan dengan pendaki
yang di tandu tertimpa reruntuhan batu waktu mendaki mahameru, itu salah satu
resiko yang akan kita hadapi sebentar lagi”
“ sesulit apapun track yang kita lalui
usahakan jangan sampai menginjak batu, kasian teman kita yang di bawah kalau
batu itu mengelinding ke bawah “
“ Jaga diri masing – masing, bantu teman
jika sedang dalam kesulitan, di mahameru apapun bisa terjadi “
Setelah berdoa kami mulai berjalan,
track yang kami lalui adalah tarck baru jalur kelik karena track lama sudah di
tutup karena rusaknya jalur dan ada salah satu bagian yang longsor, team di
pimpin oleh thio di depan dan saya di belakang sebagai sweaper, di tengah jalan
perbedaan fisik mulai terlihat, team yang tadinya berjalan beriringan bersama
akhirnya terbagi dua, team pertama di pimpin thio berjalan duluan, dan team kedua
di belakang bersama saya.
Semakin larut udara semakin dingin,
track yang kami lalui semakin sulit dan terjal, di tambah vegetasi yang mulai
terbuka sehingga hembusan angin dingin langsung menerpa tubuh kami. Di tengah
jalan tari meminta break membunggkuk dan
muntah. Karna kondisi tari yang sedikit bermasalah team yang lain saya
persilahkan untuk berjalan duluan. Cukup lama kami berhenti di situ memulihkan
kondisi tari, setalah di rasa kondisinya normal kembali kita melanjutkan
perjalanan ke puncak.
Tiba – tiba dari arah atas ada yang
teriak “ awas batu “ reflex kami bertiga memepet tubuh masing masing ke arah
kiri menghindar batu, Ini lah tantangan dan resiko bagi siapa saja yang ingin
menggapai tanah teringgi di pulau jawa. Teman – teman yang lain mungkin sudah
jauh di atas kami.
Track yang kami lewati semakin berat dan
terjal, pasir yang kami pijak membenamkan sepatu sampai mata kaki, track baru
jalur kelik ternyata lebih susah dari jalur biasa yang sering saya lewati, 2
kali melangkah ke atas 1 langkah melorot kebawah, benar – benar track yang
menantang.
Semakin ke atas udara semakin tipis,
suhu semakin dingin dan angin yang menerpa tubuh kita semakin kencang. Tari dan
deni mulai terlihat kecapean dengan lebih sering beristirahat, terutama tari yang
mulai putus asa dengan semakin beratnya track yang di lewati.
Pukul 2 pagi suhu sepertinya drop di
bawah 0 derajat, deni masih semangat menggapai mahameru, tari teman kami sudah
terlihat sangat kecapean, melihat
kondisinya kami putuskan untuk break dan membuka perbekalan yang kami bawa.
( Team pertama yang sampai dipuncak )
( Yatzu dan abas dengan latar belakang
kawah jongring saloka )
Udara semakin dingin saja, secepatnya
tubuh kami harus bergerak jangan telalu lama diam. Karna jalur baru dan pijakan
pasirnya masih keras saya putuskan untuk berjalan di depan membuka jalur dan
membuat pijakan dengan tracking pole, 45 menit setelah kita beristirahat,
interval jarak kami bertiga masing – masing sekitar 3 meter, di tengah – tengah
track pasir mahameru sebelum ke puncak di belakang saya kondisi tari tanpa saya
sadar sudah drop, sampai akhirnya dia berteriak kencang.
( Tari masih semangat )
“ kang dingin banget “
Kaget saya menoleh ke belakang dan
secepatnya menghampiri, Subhanallah badannya lemas dan menggigil hebat, Cepat saya peluk saat badannya terkulai lemas.
“ Deni cepat naik bantu gw , tari hipo “
Di bantu deni kami memposisikan tubuh
tari senyaman mungkin di track pasir mahameru sambil tetap kita peluk untuk
mengurangi rasa dinginnya, sambil kami paksa untuk terus berinteraksi dan
merespon kita jangan sampai tertidur karna kami tahu tari sudah mulai
kehilangan kesadaran… sambil terus saya tampar pipinya supaya tidak tertidur.
“ hey tari bangun, tari jangan tidur -
Jangan tidur, lawan – lawan “
Sampai akhirnya tari benar – benar
pingsan membuat kami dan para pendaki yang mengerubungi khawatir. Sebisa dan
semampu apapun kami lakukan untuk menyelamatkan teman kami, nadinya saya chek,
beberapa kali pipinya saya tampar dan telinganya saya cubit karna se tahu saya
telinga adalah bagian yang sangat peka, sampai akhirnya tari merespon dan
sadar….Alhamdulillah.
Setelah sadar tari menangis dan mulai
meracau….. Tidak jauh, di tengah-tengah pendaki yang mengerubungi kami samar
saya dengar
“ Kesurupan “
Sepenuhnya saya sadar ini adalah
hipotermia dan bukan kesurupan, kadang ada yang mengartikan di saat menemukan
pendaki yang meracau atau apalah di sebut kesurupan, padahal menurut saya itu
adalah akibat dari hipotermia dan berhalusinasi.
Kondisi tubuh tari setelah sadar semakin
lemah, kami khawatir karena tangisannya itu banyak energinya yang terbuang, teh
manis hangat yang kami berikan selalu di tolak dan di muntahkan kembali, di
saat teman kami seperti itu banyak juga para pendaki yang berempati, ada yang
memberi sarung untuk menutupi tubuh tari, ada yang memberi minuman hangat dan
lain – lain…. Terimakasih kepada siapapun waktu itu yang sudah membantu.
Sampai akhirnya tari kembali kehilangan
kesadaran dan pingsan, nadinya semakin lemah, deru napasnya semakin mengecil. di
saat teman kami kritis seperti itu jujur kami sangat khawatir kehilangan dan
bayangan kejadian bulan desember 2013 waktu ada pendaki yang meninggal di gunung
gede pos kandang batu karena hipotermia mulai terlintas, tetapi kami harus
tetap bersikap tenang dan jangan panik.
Ketika yang kami lakukan, tamparan – tamparan di
pipinya, cubitan di telinganya dan lain sebagainya sudah tidak di respon lagi
terpaksa resusitasi / bantuan napas buatan (mulut-ke-mulut), dan RJP ( Resusitasi
Jantung Paru ) saya lakukan. Beberapa menit metode itu saya lakukan sampai
akhirnya tari sadar dan tersengal – sengal batuk….. dan kembali menangis.
Disaat tari sudah kembali sadar syukur
Alhamdulillah ada seorang pendaki yang membantu menangani kami, dia bergegas ke
bawah membuka sepatu tari dan memijit sarap yang ada di jari kaki sampai tari
berteriak kesakitan……..syukur itu yang kami harapkan..berteriak kesakitan.
Untuk tetap menjaga kondisi suhu tubuhnya dan
supaya tetap sadar sambil tetap kami peluk dan di paksa berinteraksi kedua
lulutnya di tekuk dan di tengah – tengah antara lutut dan dada kami menyalakan
gasmate dan deni membuat bivak dari jas hujan untuk menutupi tubuh tari dari
terpaan angin yang dingin, cukup lama kami menghangatkan tubuh tari dengan
gasmate sampai panas tubuhnya kembali normal.
Hampir jam 4 pagi kami tetap di dalam bivak
menghangatkan tubuh tari dengan gasmate dan membuat minuman hangat,
alhamdullilah setelah apa yang kami lalui kondisi tari kembali normal.
“ Kang berapa jauh lagi ke puncak “
Tanya tari dengan semangatnya yang kembali
membuncah
Walaupun tari kembali bersemangat tetapi terpaksa
perjalanan harus saya akhiri sampai di sini dan kembali turun ke tenda, tapi
syukurlah semuanya mengerti untuk keselamatan dan kebaikan bersama.
Jam 4 pagi kami turun kembali ke tenda di
kalimati, karna badan tari yang masih lemah tubuhnya saya ikat dengan webing
dan saya pegang dari belakang khawatir kalo dia terperosok waktu turun karna di
kiri dan kanan kita jurang, track pasir mahameru bagaikan 2 sisi mata uang yang
berbeda, waktu naik dia terlihat sangat kejam track pasir membuat kaki sulit
untuk berpijak membawa tubuh kita naik, naik 2 langkah turun 1 langkah begitu
seterusnya, sangat menguras tenaga dan mental. Sebaliknya ketika kita turun ia
terlihat sangat ramah kita bisa sepuasnya seluncuran turun di bantu gravitasi
Bertiga kita jalan beriringan memapah tari
melewati hutan yang sangat sepi. Cukup merinding juga ketika kami melewati
tebing di kiri kanan, hutan lebat dengan pohon – pohon besar berakar yang
mejulur diatas kami, jalur yang kami lalui memang cukup menyeramkan. Jam 6 pagi
kita tiba di kalimati, secepatnya tari saya suruh masuk tenda dan membungkus
badannya dengan 2 slepingbag, saya kembali menyalakan gasmate dan memasak
banyak air dan memasukannya ke dalam botol minum untuk di simpan di titik –
titik dingin tubuh tari seperti ujung kaki dan telapak tangan, syukur
alhamdullilah setelah di simpan air hangat di dalam slepingbagnya tari bisa
tidur pulas, terlihat cape sekali dia. Dan deni juga sepertinya tertidur
kecapean.
Jam 9 awan yang pertama sampai di tenda, selang
30 menit thio dan rizal, lalu di susul teman – teman yang lain. Tetapi sampai
jam 12 masih ada 2 orang teman kami yang belum kembali mba endang dan wawan,
rasa khawatir mulai menghampiri. Beberapa kali saya Tanya kepada pendaki yang
turun, tapi jawabannya selalu tidak tahu pas di Tanya ciri – ciri teman kami
itu. Jam 12:30 akhirnya saya memutuskan untuk menyusul ke atas, takut mereka
kehabisan logistics atau ada sesuatu yang tidak di inginkan. Sebelum berangkat
saya berpesan kepada teman – teman
“ kalau jam 2 saya belum kembali silahkan turun
duluan ke ranu kumbolo, jangan tunggu kami, sisakan 1 tenda di sini untuk nanti
endang dan wawan istirahat “
Setelah memasukan beberapa peralatan emergency,
buah – buahan, makanan dan beberapa botol air minum jam 12:30 saya mulai jalan menyisir
jalur turun, setiap ada pendaki yang turun selalu saya menanyakan ciri – ciri
teman kami, dan akhirnya di bawah arcopodo saya bertemu dengan mba endang,
benar saja sangkaan saya. Jalannya gontai dan muka penuh dengan pasir sama
sekali tidak ada air dan makanan yang tersisa, secepatnya saya memberi sebotol
air minum, saya bisa merasakan betapa hausnya mba endang waktu itu.
Tidak berapa lama saya melihat wawan juga dengan kondisi yang sama dengan mba endang. Sebotol air minum yang saya berikan cepat di tenggak oleh wawan, sambil beristirahat dan memakan buah jeruk mba endang dan wawan menceritakan kejadian waktu di puncak, mereka benar – benar nekad jam 10 baru sampai puncak, mereka berdua sangat beruntung selang beberapa menit setelah mereka turun ada 3 pendaki yang terpapar dan menghirup gas beracun di puncak pingsan dan di evakuasi menuju arcopodo, telat sedikit saja bisa berakibat patal bagi mereka, benar – benar nekad salut dengan perjuangan mba endang dan wawan.
Tidak berapa lama saya melihat wawan juga dengan kondisi yang sama dengan mba endang. Sebotol air minum yang saya berikan cepat di tenggak oleh wawan, sambil beristirahat dan memakan buah jeruk mba endang dan wawan menceritakan kejadian waktu di puncak, mereka benar – benar nekad jam 10 baru sampai puncak, mereka berdua sangat beruntung selang beberapa menit setelah mereka turun ada 3 pendaki yang terpapar dan menghirup gas beracun di puncak pingsan dan di evakuasi menuju arcopodo, telat sedikit saja bisa berakibat patal bagi mereka, benar – benar nekad salut dengan perjuangan mba endang dan wawan.
Jam 2 kami tiba di tenda dan teman – teman tampak
sudah siap untuk turun ke ranukumbolo, dan tampak pula 2 sejoli uky dan era
menyusul kami ke kalimati. Beruntung uky menyusul kami karena kami memang tidak
memperkanan tari turun untuk membawa keril setelah kejadian semalam yang dia
alami, karna kondisi fisiknya belum fit benar, setelah saya menceritakan
kejadian yang tari alami uky bersedia membawa kerilnya sampai ke ranukumbolo.
Saya dan Mustafa sengaja turun belakangan karena
mba endang dan wawan harus istirahat memulihkan kondisi fisiknya terlebih
dahulu sebelum kembali ke ranukumbolo menyusul teman - teman, setelah makan dan
istirahat cukup jam 16:30 kita turun ke ranukumbolo. Perjalanan turun kami
lalui dengan lancar dan sesekali beristirahat, jam 18:30 kita sampai di pos
cemoro kandang dan kembali beristirahat sebelum memasuki padang savanna oro –
oro ombo yang sudah gelap, sambil duduk memandang ribuan bintang yang tampak
jelas…. Subhanallah oro – oro ombo tampak sangat indah dengan ribuan bintang
dan hiasan bulan sabit di atasnya.
Jam 19:00 kami tiba di ranukumbolo, malam itu
ranukumbolo tampak seperti pasar, ramai sekali dengan puluhan tenda para
pendaki, sampai – sampai kami kesulitan mencari posisi tenda teman kami. Sambil
beristirahat di pinggir danau kami baru sadar ternyata tenda yang berdiri
kurang 1, wawan dan Mustafa malah mendirikan tenda di sudut ranukumbolo sebelah
barat kan kita harus melipir bukit yang cukup jauh untuk menuju ke sana, karena
kondisi kita yang sudah kelelahan begitu juga dengan udara yang sudah sangat
dingin lebih dingin dari hari pertama kita ngcamp di ranukumbolo, akhirnya saya
dan endang menumpang tidur di dalam shelter, Hmmmm… di dalam shelter ternyata
lebih nyaman dari tenda di tambah ada beberapa porter yang membuat perapian
sehingga tubuh kita bisa sedikit lebih hangat.
Malam itu kita semua tidur dengan nyenyak setelah
melewati perjalanan ke mahameru dengan rintangan dan cerita masing – masing,
Alhamdulillah teman – teman semua bisa menggapai puncak mahameru walaupun
dengan dan jarak interval waktu yang berbeda – beda, hanya kami bertiga yang
tidak mencapai puncak.
Mas seto dan panji membayar lunas hutangnya 5
bulan yang lalu, bulan desember tahun lalu mas seto dan panji gagal ke puncak
mahameru karena ada badai yang menghadang, trio teman kami budi, Mustafa dan
wawan dari Banjarmasin sukses menggapai puncak tertinggi pulau jawa dengan dengan
oleh – oleh yang akan diceritakan kepada teman – temannya di Kalimantan, Yatzu
yang menangis haru sesaat sebelum puncak dan ribut mencari dopingnya pepsi blue
setelah sampai di kalimati, abas yang berhasil membawa jersey inter milannya ke
puncak, panji yang hampir menyerah ketika beberapa puluh meter lagi sebelum
puncak tapi akhirnya berhasil juga, awan yang kebingungan di puncak mencari
spanduk yang di bawa panji, mba endang yang selalu berjalan konstan dengan semangatnya
yang nekad, jam 10 sampai puncak…salut, 3 orang teman kami dari lumajang rizal,
sholikin, fatkurrozi yang kocak dan seru yang di pimpin rizal sebagai kepala
suku…hehehe, dan thio yang membantu anak berumur 13 tahun asal manado menuju
puncak…god jobs, uky dan ara dua sejoli ini terpaksa harus tinggal di
ranukumbolo karena ara sakit, deni walaupun tidak mencapai puncak tapi perannya
sangat besar saat membantu menangani tari dan pemeran utamanya adalah liani
utari yang berhasil membuat kami sport jantung dan membuat geger jalur
pendakian….Kalian semua hebat teman – teman.
Jam 5 pagi suasana sudah riuh dengan pendaki yang
hunting sunrise, begitu pula dengan kami tidak mau ketinggalan dengan keindahan
ranukumbolo, matahari menyambut kami membuat gradasi warna yang cantik di
permukaan danau, dengan keindahan di depan mata rasanya enggan untuk
meninggalkan tempat ini. Hari semakin pagi, di hari terakhir kami mendaki semua
logistics sisa kami masak, tapi ketika kita sedang asik tiba – tiba orang lewat
hilir mudik di depan tenda kami jualan nasi, gorengan, mizone, bigcola,
semangka, jeruk, rokok dll…saya coba bertanya berapa harga 1 botol aqua,
25ribu…. Jegeeerrrr. Padahal didepan kami terhampar ribuan liter air danau.
( Pagi itu di ranukumbolo )
Ranukumbolo sekarang sudah berubah tidak seperti
dulu. Ironis memang.
Jam 7 pagi setelah semua sarapan, merapihkan
tenda, membereskan sampah – sampah selama mendaki kami mulai berjalan
meninggalkan ranukumbolo yang indah dan kembali ke ranupane, teringat jadwal
kereta kita semua berjalan tergesa, perjalanan turun kami lalui tanpa kendala,
jam 11:30 kita semua sudah sampai di ranupane…Lega rasanya tiba di ranupane
kembali.
Sebagian ada yang mandi, makan bakso malang dan
lain – lain. setelah semua beres dan melapor kepada petugan tnbts jam 13:00
kita semua kembali ke tumpang. Semua tampak lelah, Dari jauh mahameru berdiri
gagah.
Jam 14:30 kita sampai di tumpang, tanpa membuang
waktu lama karna takut ketinggalan kereta kita langsung memindahkan keril – keril
kita ke mobil selanjutnya menuju stasiun malang. Kata sopir angkot jalanan ke
stasiun macet, sempat khawatir juga tapi beruntung jalanan tidak macet seperti
yang di beritakan sopir di tumpang. Jam 15:30 kita sampai di stasiun dan tampak
sudah penuh dengan banyak pendaki lain kali ini matarmaja penuh dengan
penumpang yang membawa keril dan mayoritas dari semeru.
Setelah
melewati semua kejadian yang di alami di mahameru dan saat ini sudah duduk dibangku
kereta matarmaja yang akan membawa kami kembali ke Jakarta, terlintas satu –
satu kejadian, Menyaksikan keelokan bunga lavender di oro – oro ombo,
mendengar nyayian suara alam, cahaya
matahari yang berpendar di permukaan danau, merasakan embusan angin mahameru
yang membawa uap air dingin, mata terpicing perih ketika embusan angin membawa
pasir menerpa wajah, bersahabat dengan hutan, peluh yang mengucur dan lain –
lain. Bagi saya pengalaman dan perjalanan ini membuat saya merasa lebih
bersyukur, bersyukur karena masih di beri karunia umur dan kesehatan, bukankan dengan
bersyukur tuhan akan menambah rahmat yang di berikannya.
Kesimpulannya adalah mendaki gunung adalah hal
yang penuh resiko, mendaki gunung bukanlah hal yang mudah, mendaki gunung tidak
semudah dalam film 5cm, perlu peralatan yang lengkap, fisik dan mental yang
prima, yang tidak kalah pentingnya dalam team harus ada leader yang bisa
memimpin dalam segala hal dan situasi, apalagi gunung yang akan di daki sekelas
semeru. Sebagai gunung tertinggi di pulau jawa semeru ibarat pemimpin, alangkah
baiknya jika sebelum menghadap pemimpin datangilah dahulu bawahan – bawahannya,
mendakilah gunung – gunung yang lain dahulu sebelum ke semeru, pemimpin tidak
akan mudah ditemui, pemimpin harus dihormati, siapa saja yang tidak menghormati
pemimpin maka dia tidak akan segan – segan mengeyahkanmu.
Selamat kepada teman – teman yang berhasil sampai
di puncak mahameru, kenangan yang akan selalu terimpan dalam benak, dalam
kenangan yang nanti akan di ceritakan kepada anak cucu, bahwa kita pernah
berdiri bersama di atas awan, di puncak tertinggi pulau jawa.
Sepanjang
perjalanan pulang kami lebih banyak tertidur, biasanya kami habiskan waktu
dengan menceritakan pengalaman dan kejadian selama mendaki tapi kali ini tidak
karena letak duduk kita yang terpisah – pisah berbeda gerbong. Didalam gerbong
kereta kami larut dalam kelelahan dan kami pun terlelap, berharap untuk segera
tiba di Jakarta.
( Trio Pambudi )
( Abas )
( Budi Habibi Mukhyar )
( Mustafa Bakeri )
( Wawan )
( Yatzu )
( Wawan Setiawan )
( Rezza Panji Kurniawan )
( Liani Utari Asih )
( Endang Yuni Purwanti )
( Seto Ady Nugroho )
( Deni Susanto )
( Mohamad Rizal Subechi )
( Fatkur Rozi )
( Sholikin )
( Uky & Ara )
( Dan Saya Sendiri )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar